Kekaisaran Babylonia didirikan sekitar 2000 SM. Didirikan di dataran Mesopotamia. Seorang raja yang terkenal adalah Raja Hammurabi (1792-1750 SM) yang merupakan raja keenam Babel yang memerintah selama 30 tahun dan menjadi kaisar pertama (dinasti kekaisaran). Raja Hammurabi menciptakan hukum ketat yang dikenal sebagai “Kode Hammurabi”, yang artinya mata ganti mata, gigi ganti gigi. Kebijakan raja untuk membuat tugu atau sejenis tugu yang mewujudkan undang-undang ini berupa mata panah, yang kemudian menjadi alat komunikasi dengan tugu setinggi 2,25 meter. Bentuk tugu ini memiliki prasasti runcing dan gambar raja berdiri di hadapan dewa Murduk yang tetap berdiri di sana. Orang Babylonia juga setia pada agama mereka, percaya pada kekuatan dewa yang memberi informasi kepada Raja Hammurabi untuk membuat peraturan atau undang-undang. Dipercaya juga bahwa Dewa Murduk adalah penjaga alam, oleh karena itu keberadaannya memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara, salah satunya direpresentasikan dalam berbagai bentuk. Dalam perkembangannya, Babylonia melihat perkembangan beberapa generasi pemimpin. Pada generasi Raja Nimrod (cucu Nabi Nuh), sebuah kota berbenteng dengan menara yang menjulang tinggi dimulai di benua Babylonia. Kota ini dibangun dengan luar biasa dan menghabiskan banyak uang termasuk banyak tenaga kerja untuk membangunnya. Raja Nimrod adalah seorang raja yang memiliki ambisi besar untuk kemajuan negaranya, semboyannya adalah “Kita akan membangun kota dengan menara yang puncaknya mencapai langit”. Jika kita melewati menara (Tower of Babel) kita bisa memotret matahari (sebagai simbol kepuasan bangsa Babylonia).
Dalam perkembangannya, kerajaan Babylonia mengalami masa keemasan di bawah pemerintahan Raja Nebukadnezar II (602 SM – 562 SM). Sindrom “Manara Babylon” yang diprakarsai oleh raja-raja Nimrod berhasil dilanjutkan dan dikembangkan, berujung pada pembangunan istana megah penuh taman yang disebut “Taman Gantung”. Tujuan membangun “Taman Gantung” adalah untuk menghidupi istrinya Amyitis, putri raja Media, Medea, yang dinikahinya, sehingga ia dapat menyembuhkan kerinduannya akan kampung halamannya. Pernikahan Raja Nebukadnezar dengan seorang putri Media sebenarnya adalah pernikahan politik yang dirancang untuk memungkinkan bangsa Media bersatu dengan bangsa Bablonia.