Latar Belakang : Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Pada saat proses pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh. Periode Adolesensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik tinggi badannya maupun berat badannya. Pada periode growth spurt, kebutuhan zat gizi tinggi karena berhubungan dengan tinggi badan (Kemenkes RI, 2016). Tujuan : Mengetahui pembuatan kerupuk biji durian (Durio Zilberthinus) sebagai sumber kalsium untuk alternatif makanan selingan pada remaja. Metode : Eksperimen dengan empat formulasi kerupuk dengan rasio tepung tapioka : tepung biji durian yaitu F0 (100 g : 0), F1 (90 g : 20 g), F3 (80 g : 30 g), dan F3 ( 70 g :40 g). Parameter yang diuji adalah analisis proksimat dan kalsium. Penilaian organoleptik yaitu uji hedonik dan uji mutu hedonik meliputi warna, aroma, tekstur, rasa dan keseluruhan menggunakan instrumen Visual Analog Scale (VAS) dan uji Duncan. Uji statistik menggunakan One-way Anova. Hasil : Produk terpilih untuk kerupuk dengan penambahan tepung biji durian adalah formulasi F2 dengan penilaian organoleptik yang disukai. Kandungan gizi formulasi F2 kadar air 11,7 g, kadar abu 1,67 g, karbohidrat 84,5 g, protein 1,56 g, lemak 0,44 g, dan kalsium 248,39 g. Kesimpulan : Kerupuk formulasi F2 dapat dijadikan alternatif makanan selingan remaja sesuai dengan kandungan zat gizi yang terdapat di dalamnya. Penambahan tepung biji durian pada kerupuk berpengaruh secara bermakna terhadap penilaian organoleptik dan kadar kalsium kerupuk. Saran : Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai uji daya simpan dan uji TPC (Total plate count).
PEMBUATAN KERUPUK SIMULASI BIJI DURIAN (DURIO ZILBETHINUS) SEBAGAI SUMBER KALSIUM UNTUK ALTERNATIF MAKANAN SELINGAN PADA REMAJA