Latar Belakang: Sisa makanan adalah jumlah makanan yang tidak termakan oleh pasien. Sisa makanan pasien lebih dari 20% menunjukkan kurangnya keberhasilan penyelenggaraan makanan. Apabila pasien tidak habis mengkonsumsi makanan yang disajikan Rumah Sakit dalam jangka waktu yang lama, maka akan mempengaruhi status gizi pasien dan terjadinya kekurangan gizi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Salman (2014) menyatakan bahwa pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus untuk rata-rata sisa makanan pasien bersisa banyak (>25%) pada jenis makanan lauk nabati yaitu sebesar (55,6%), lauk hewani dan buah sebesar (51,1%). Tidak ada hubungan antara variasi makanan dan penampilan makanan dengan sisa makanan (nilai p> 0,05). Ada hubungan yang bermakna antara cita rasa makanan dengan sisa makanan (nilai p <0,05). Sisa makanan dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal pasien. Faktor Internal pasien mencakup keadaan klinis dan patologis pasien serta perubahan nafsu makan, perubahan indera pengecap, gangguan menelan (disfagia), stress dan lamanya dirawat. Faktor eksternal pasien mencakup mutu makanan seperti rasa, aroma, besar porsi dan variasi menu, tekstur, sikap petugas, kesalahan pemberian makanan, ketidaktepatan waktu makan atau jadwal makan, suasana tempat perawatan ( Peter, 2011). Tujuan : Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sisa makanan Rumah Sakit pada pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara. Metode Penelitian : Cross-sectional Observational dengan jumlah responden yang terdiri dari 60 responden yang bersedia mengikuti penelitian, umur 30-64 tahun, bisa berkomunikasi dengan baik dan minimal telah dirawat selama 2 hari. Faktor eksternal dan faktor internal diukur menggunakan kuesioner. Uji yang digunakan adalah Chi-Square untuk analisis bivariat. Hasil Penelitian : Berdasarkan uji statistik terdapat hubungan antara kondisi medis dengan sisa makanan pokok siang diperoleh nilai p = 0,000, p< 0,05 dan sisa makanan pokok sore nilai p = 0,000,p< 0,05. Kondisi medis dengan sisa makanan lauk hewani sore diperoleh nilai p = 0,003,p<0,05. Kondisi medis dengan sisa makanan lauk nabati sore diperoleh nilap p= 0,001,p<0,05. Hubungan antara efek pengobatan dengan sisa makanan pokok pagi diperoleh nilai p= 0,013,p<0,05. Efek pengobatan dengan sisa makanan lauk hewani pagi nilai p= 0,000,p< 0,05 dan sisa makanan lauk hewani siang nilai p= 0,001,p<0,05. Efek pengobatan dengan sisa makanan lauk nabati pagi nilap p=0,000,p<0,05 dan sisa makanan lauk nabati siang nilai p= 0,023,p<0,05. Efek pengobatan dengan sisa makanan sayuran pagi nilai p=0,000, p<0,05 dan sisa makanan sayur siang nilai p=0,005,p<0,05. Hubungan antara jenis kelamin dengan sisa makanan sayur sore diperoleh nilai p= 0,033,p<0,05. Hubungan mutu makanan(konsistensi) dengan sisa makan pagi diperoleh nilai p=0,000,p<0,05 dan dengan sisa makan siang nilai p=0,000, p<0,05. Kesimpulan : Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Koja Jakarta Utara ternyata yang mempengaruhi terjadinya sisa makanan adalah jenis kelamin, kondisi medis, efek pengobatan dan mutu makanan (konsistensi). Saran : Meningkatkan mutu makanan baik dari penampilan maupun cita rasa melalui pelatihan dan studi banding ,agar tenaga pengolah makanan dapat menghasilkan makanan yang mempunyai cita rasa yang tinggi, sehingga sisa makanan dapat dihindari seminimal mungkin.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA MAKANAN RUMAH SAKIT PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA JAKARTA UTARA