Di Indonesia sendiri pop art adalah aliran yang banyak digemari baik oleh para pelaku seni atau desainer maupun masyarakat luas. Belakangan ini, Pop Art seakan menjadi salah satu karya retrospeksi yang kembali hadir dengan nuansa nostalgianya.
Wedha Pop Art
Salah satu pelakunya adalah Wedha Abdul Rasyid. Dia memulai gerakan WPAP atau kependekan dari Wedha Pop Art menggabungkan konsep lukisan-kubisme dan pop art. Dia mengkhianatinya Di usianya ia terpaksa mencari cara baru untuk menggambar wajah berusia 40 tahun dan penglihatannya mulai kabur. Sebagai tanggapan, gaya Wedha Pop Art diciptakan. Kemudian gaya ini tumbuh dan berkembang untuk menarik lebih banyak pemain kreatif ikuti itu Wedha juga mengatakan bahwa mereka menggunakan alat yang berbeda alat bantu teknis seperti proyektor untuk memudahkan proses kreatif karyanya. Seperti artis pop lainnya, Wedha adalah ilustrator ternama di Indonesia. Dia telah bekerja sebagai ilustrator dan desainer selama beberapa dekade majalah hiu yang sangat populer. Ia pun berhasil mempertahankan pekerjaannya di beberapa galeri terkemuka di Indonesia.
Mengenai teknisnya sendiri ia menggunakan hitungan kubisme yang mengabaikan kurva kecil menjadi garis lurus. Sehingga katakanlah mudahnya portret yang terbentuk menjadi tampak poligonik atau “kotak-kotak”. Ia juga menggunakan warna hangat sebagai highlight potret, dan warna dingin untuk shading atau bayangan. Konsep ini cukup sederhana dan sangat menarik namun siapa sangka, sangat menantang saat dicoba.