Impresionisme tidak terbatas pada seni musik saja; bahkan, sebelumnya sudah muncul gerakan impresionisme dalam bidang seni rupa yang dimulai sekitar tahun 1870-an. Kata impresionisme sebagai sebuah aliran seni (lukis) diambil dari judul sebuah lukisan karya Claude Monet Impression, Soleil Levant yang dalam bahasa Indonesia ialah ―Kesan, Matahari Terbit.‖ Istilah itu disandangkan kepada karya Monet dan kawan-kawan oleh kritikus seni Louis Leroy dalam tulisannya di surat kabar Paris, Le Charivari.
Awal gerakan impresionisme bermula sebagai berikut: pada awal tahun 1860, pelukis Claude Monet, Pierre-Auguste Renoir, Alfred Sisley, dan Frédéric Bazille memiliki pandangan yang sama tentang gaya lukisan. Keempat pelukis muda ini lebih tertarik untuk melukis pemandangan dan kehidupan kontemporer lainnya dibandingkan dengan melukis kisah sejarah, tema religi dan potret. Tak lama kemudian pelukis-pelukis lain seperti Camille Pissarro, Paul Cézanne, dan Armand Guillaumin bergabung bersama dengan kelompok mereka.
Académie des Beaux-Arts mempunyai tradisi mengadakan pameran lukisan yang dilombakan. Dalam salah satu pamerannya pada acara lomba lukis tersebut juri selalu menolak karya Monet dan kawan-kawannya, termasuk lukisan the Luncheon on the Grass karya Édouard Manet. Alasan utamanya adalah lukisan itu mengetengahkan objek perempuan setengah telanjang. Mereka dengan sangat pedas mengkritisi Manet karena

karyanya itu. Akan tetapi Napoleon III malah mengindahkan lukisan-lukisan yang ditolak itu dan mempersilahkan masyarakat umum untuk menilai karya-karya tertolak tersebut. Hasilnya, kontroversi lukisan mereka malah mendatangkan daya tarik tersendiri.
Pada tahun 1867 Monet, Renoir, Pissarro, Sisley, Cézanne, Berthe Morisot, Edgar Degas, dan beberapa seniman lainnya mendirikan Société Anonyme Coopérative des Artistes Peintres, Sculpteurs, Graveurs dan mengadakan pameran mereka sendiri demi untuk memperjuangkan idealisme mereka karena lukisan mereka ditolak untuk dipamerkan di ruang-ruang pameran publik. Ini membuat beberapa pelukis frustrasi dan oleh karena tekanan ekonomi dan kebutuhan untuk eksis di dunia seni lukis semakin kuat, kondisi ini akhirnya membuat Renoir dan Manet meninggalkan idealisme mereka demi untuk bisa diterima oleh Académie des Beaux-Arts. Langkah ini akhirnya memang membuat mereka menjadi seniman sukses. Walaupun demikian, kegigihan Monet dan kawan-kawan dalam memperjuangkan idealisme akhirnya membuahkan hasil dengan diterimanya seni lukis gaya impresionis dalam blantika dunia seni lukis.1
Gerakan impresionis kini bahkan memberikan pengaruh kuat terhadap bidang seni lain, khususnya seni sastra dan seni musik. Menjelang tahun 1880-an di Perancis juga muncul suatu gerakan dalam bidang sastra yang bisa disamakan dengan gerakan impresionisme, yaitu simbolisme. Gerakan ini mencoba menuangkan gagasan mereka lewat isyarat daripada pernyataan langsung. Sastrawan seperti Baudelaire, Verlaine, dan Marllamé memilih kata-kata bagi karya-karya puisi mereka bukan karena maknanya, melainkan karena alasan bunyi dan rimanya.2
Dalam bidang musik, impresionisme mengacu kepada sebuah gaya komposisi yang terkesan kabur oleh karena hadirnya ambiguitas harmoni yang tercipta oleh tangga nada whole-tone, kromatik dan pentatonis. Memang hakekat dari sifat musik impresionis yang tidak stabil mampu membuat suasana lebih impresionistik daripada seni lainnya. Komposer yang sering dikaitkan dengan impresionisme ialah Claude Debussy (1862-1918) dan Maurice Ravel (1875-1937). Karakteristik yang membedakan musik mereka dengan musik-musik sebelumnya ialah,
1. Penekanan ada pada warna suara dan bunyi instrumen daripada melodi,
2. Karya orkestra sudah tidak menggunakan lagi sebagian besar instrumen perkusi dan instrumen tiup logam satu-satunya perkecualian ialah instrumen horn dan beberapa instrumen perkusi yang kedengaran lembut seperti fingercymbal,
1 Harry Eiss, The Joker (Cambridge: Cambridge Scholars, 2016), 207 – 209.
2 Connie E. Mayfield, Theory Essenstials (Boston: Schirmer, 2003), 482.
Vol. 2. No. 1 April 2018 | Jurnal ABDIEL 63
3. Membangkitkan suasana meditatif dan bernuansa mistis,
4. Tidak lagi menggunakan ritme yang kuat dan tegas untuk mendorong musik,
5. Bercerita tentang sesuatu (musik program), walaupun bukan kisah nyata,
6. Lebih suka menulis komposisi musik tentang air atau laut, misalnya: Jeux d’eau (Mata Air) oleh Ravel, Reflets dans l’eau (Pantulan dalam Air) oleh Debussy, La mer (Laut) oleh Debussy, dan Ondine (Dewi Air yang memikat pria hingga mati) oleh Debussy dan Ravel.3

GERAKAN IMPRESIONISME, DEBUSSY DAN “CLAIR DE LUNE”: SEBUAH REFLEKSI TERHADAP PERUBAHAN