Demam tifoid menduduki peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyak di instalasi rawat inap RS An-nisa. Masih terdapatnya kesenjangan antara tarif RS dengan tarif INA-CBGs akan berdampak terhadap keuangan rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji determinan tarif RS dengan tarif INA-CBGs dan mengkaji faktor yang mempengaruhi tarif RS pada pasien dengan demam tifoid. Fokus studi adalah pasien rawat inap dengan diagnosa demam tifoid tanpa komplikasi di RS An-nisa Tangerang. Disain riset adalah riset korelasional-komparatif. Jumlah sampel adalah 320 rekam medis pasien. Dilakukan uji normalitas data dengan kolmogorov-smirnov test, uji korelasi dengan uji spearman dan uji komparatif dengan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara tarif RS dan tarif INA-CBGs, yaitu pada jasa medis, biaya obat-obatan dan biaya lain-lain. Perbedaan bermakna ini disebabkan perbedaan cara perhitungan tarif. Tarif RS ditentukan berdasarkan unit cost sesuai dengan clinical pathway RS. Sedangkan tarif INA-CBGs berdasarkan rata-rata biaya perawatan di RS setara berdasarkan standar cost regulasi. Terdapat hubungan antara akomodasi, biaya lain-lain, jasa medis, obat-obatan dan pemeriksaan penunjang dengan tarif RS. Implikasi dari penelitian ini adalah diperlukan pemantauan lebih baik terhadap clinical pathway, audit rutin pelaksanaan clinical pathway, serta memaksimalkan fungsi manajer pelayanan pasien dalam cost control dan quality control pelayanan pasien.

ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TARIF RUMAH SAKIT DENGAN TARIF INA-CBGS (STUDI KASUS DEMAM TIFOID RAWAT INAP DI RS AN-NISA TANGERANG TAHUN 2017)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *